18 Januari 2013
Enam
tahun berlalu sudah sejak namaku dipanggil secara resmi pada yudisium kelulusan
di kampung damai. Enam tahun berlalu sudah aku meninggalkan bumi Darussalam yang
telah membesarkan dan mengajarkan makna kehidupan. Enam tahun berlalu sudah. .
.
Begitu cepat waktu berlalu, begitu
cepat semuanya terjadi. Yang tinggal hanyalah kenangan indah bersama
teman-teman seperjuangan yang sama-sama pernah dihukum, tertawa bersama dan
menangis bersama. Semuanya begitu cepat berlalu.
Pendidikan di Gontor adalah
pendidikan kebiasaan dan totalitas. Santri dididik untuk terbiasa hidup mandiri
secara total. Karena kelak di masyarakatnya ia akan menemukan sisi-sisi
kehidupan yang tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dialaminya di pondok.
Pendidikan di Gontor memang unik,
seunik orang-orang yang ada didalamnya. Mereka unik dengan kekurangan mereka. Mereka
unik dengan kelebihan mereka. Mereka unik. Mereka tidak pernah mengemis kepada
pemerintah tentang status mereka di negeri ini, diakui kah, disamakan kah atau
bahkan berstandar internasional kah. Yang ada di dalam sanubari para santri dan
pak kyai adalah mengajarkan ilmu secara ikhlas dan penuh cinta kepada seluruh
santri-santrinya.
Pendidikan di Gontor memang kejam. Sekejam
tampilan luarnya bagi mereka yang belum memahami makna filosofis dari disiplin
itu sendiri. Kejam bagi mereka yang lebih mengedepankan naluri kebinatangannya
daripada kemanusiaannya. Kejam bagi mereka yang belum paham hakikat hukum
Islam. Kejam bagi mereka yang memang memandang Gontor dari satu sisi.
Pendidikan di Gontor memang
ketinggalan zaman. Ketinggalan zaman bagi mereka para mafia yang paham
permainan politik pendidikan negeri ini. Ketinggalan zaman bagi mereka yang
benci akan kebangkitan Islam. Ketinggalan zaman bagi mereka yang mengelu-elukan
Rintisan Sekolah Berstandar Internasional. Ketinggalan zaman bagi mereka yang
merupakan salah satu bagian dari produk luar. Ketinggalan zaman…
Namun demikian, pendidikan di Gontor
adalah pendidikan keikhlasan. Keikhlasan yang tidak didapatkan di
sekolah-sekolah luar. Keikhlasan yang kian menjadi barang langka ditengah gurun
nan kering kerontang. Keikhlasan bagi mereka para santri dan kyai yang terus
saling nasehat menasehati dalam kebaikan. Pendidikan di Gontor didasarkan atas
dasar keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah dan kebebasan. Inilah
kunci mengapa Gontor tetap bertahan hingga sekarang. Oh pondokku laksana ibu
kandungku…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar