05 Januari 2013
Alkisah
pada masa Dinasti Daulah Bani Abbasyiah, hiduplah seorang khalifah yang arif,
bijaksana, mencintai rakyatnya, berperawakan tinggi dan disegani. Dialah Khalifah
Harun Ar-Rasyid. Beliau memerintah antara 14 September 786 - 24 Maret 809 (15
Rabi'ul Awwal 170AH - 3 Jumada Ats-Tsani 193AH). Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan
kakaknya, Musa Al-Hadi adalah kalifah yang keempat. Ibunya Jurasyiyah dijuluki
Khayzuran berasal dari Yaman.
Buku-buku
sejarah mencatat bahwa pemerintahan Harun Ar-Rasyid adalah puncak keemasan
kekhalifahan Bani Abbasiyah dan peradaban Islam (The Golden Ages of Islam). Waktu
itu, filsafat-filsafat Yunani belum mendominasi pemikiran para cendekiawan. Metode
rasional seperti yang diajarkan Abu Hanifah sedikit banyak mendapat perhatian.
Sementara itu, ilmu ushul fiqh mulai dikembangkan Imam Asy-Syafii.
Harun Ar-Rasyid
sendiri banyak dihormati raja-raja Eropa. Mereka saling berkirim surat. Diantara
mereka adalah Raja Charle Magne dan Ratu Irene. Bagi orang-orang Eropa, nama
Harun Ar-Rasyid beserta Shalahuddin Al-Ayyubi dijajarkan dalam daftar raja-raja
terkenal yang pernah ada di dunia ini.
Dimasa pemerintahannya beliau :
- Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat.
- Membangun kota Baghdad dengan bangunan-bangunan megah.
- Membangun tempat-tempat peribadatan.
- Membangun sarana pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
- Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian.
- Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, mesjid-mesjid, dan istana.
Apa yang bisa kita
petik hikmah dari sepenggal kisah diatas adalah bahwa jika pemimpin benar-benar
mencintai rakyatnya sebenar-benarnya cinta, niscaya ia tidak akan tega melihat
fakir miskin dan anak-anak terlantar masih berserakan di jalan-jalan kota. Tak
mudah memang mengaplikasikannya dalam kehidupan kita di Indonesia.
Budaya Baik
Apa yang tidak
kita miliki sebagai manusia yang hidup di bumi ibu pertiwi ini menurut hemat
saya adalah budaya baik. Budaya baik dalam pemahaman saya disini adalah kita
tidak mewarisi kebiasaan-kebiasaan baik dalam kehidupan kita sehari-hari kepada
anak cucu kita. Masih saja terdengar filosofi “kalau bisa gratis buat apa bayar” atau “kalau bisa dipersulit buat apa dipermudah”. Mental feodalisme pasca
penjajahan Belanda pun masih saja terasa hidup di dalam sanubari kita.
Mental-mental penjilat, mental ingin selalu dilayani, mental yang kuat yang
berkuasa, mental susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah, pun
semuanya itu masih bercokol dalam sanubari kita. Lantas darimana kita mulai
mengubah bangsa kita?
Berkaca dari
Khalifah Harun Ar-Rasyid, rasanya pemimpin kita masih jauh panggang dari api. Pemimpin
kita belum ada yang mampu mendekati kriteria yang ada pada diri Khalifah Harun
Ar-Rasyid, dimana ia mampu menjadikan Baghdad menjadi salah satu kota terindah
dan yang paling disegani oleh raja-raja Eropa di masa itu. Pemimpin kita masih
sibuk mengurusi isi kantong yang hanya sejengkal jari! Pemimpin kita masih
sibuk mengurusi dirinya sendiri. Pemimpin kita belum mempu benar-benar
mendengar jeritan dan tangis kaum dhuafa. Pemimpin kita belum mampu mendengar
rengekan bayi yang kehausan karena kehabisan susu. Pemimpin kita masih jauh
panggang dari api!
Momentum Perubahan.
2013 memang baru
beberpa hari kita lewati. Namun ini akan sangat cepat berlalu jika kita tidak
mengisinya dengan kegiatan-kegiatan yang mendorong kepada perbaikan diri. Ini
akan begitu cepat berlalu jika kita masih saja berleha-leha lihat kanan lihat
kiri, dengki kanan dongkol kiri. Tanpa terasa tiba-tiba waktu habis dan kita
masih saja terdiam mengomentari keburukan-keburukan orang lain dan melupakan
aib kita sendiri.
2013
memang baru beberapa hari. Namun ini akan menjadi ‘bom waktu’ yang
sewaktu-waktu dapat meledakkan kita dan menyadarkan kita bahwa kita telah
sangat jauh tertinggal dari rahmat-Nya. Bahwa kita telah sangat jauh keluar
dari jalan-Nya. Bahwa kita telah sangat jauh meninggalkan sunnah-sunnah-Nya. Kita
tertinggal! Sebelum masa itu datang, momentum awal tahun 2013 ini marilah kita
kembali membaca kembali kisah-kisah umat sebelum kita. Pemimpin-pemimpin adil
jauh sebelum kita terlahir di dunia. Masihkah mereka ada dan terlahir untuk
Indonesia? Akankah datang kepada kita sebuah kedaulatan? Kedaulatan bernama
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Akankah? Atau hanya sekedar
omong kosong belaka? Wallahu’alambisshowab.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar