22 Januari 2013

Namaku Gudel #1



Namaku Gudel,
Hari tanggal dan tahun lahirku emak tidak ingat
Yang jelas aku lahir saat bapak kalah judi
Terusir… tanpa rumah dan tanpa pendidikan
Yang emak lakukan hanya menangis dan mencakar
Yang bapak lakukan hanya mabuk dan menggampar
Sedangkan aku…
yang aku lakukan hanya mencatat dan merekam
Betapa banyak orang tua yang tak bisa bersikap dewasa
Entah kenapa namaku gudel…
Bapak bilang biar kuat, tidak mudah sakit dan bisa diberi makan apa saja
terutama biar tidak menghabisakan banyak biaya
Anak seusiaku masanya bermain, belajar, berkembang dan bermimpi menjadi presiden
Sedangkan aku masih saja mengadah di trotoar,  
di jalan-jalan, di stasiun dan pasar-pasar
Itulah taman kanak-kanak bagiku di mana aku memaknai kehidupan
Belajar mengerti betapa sulitnya memberi dan betapa mudahnya mencuri
Jika boleh aku memilih orang tua, tentu aku tidak memilih orang tua yang membiarkan anaknya berkembang menjadi binatang,
orang tua yang hanya mengisi materi dan melupakan nilai,
orang tua yang membangun kerakusan akan dunia dan melupakan mengisi hati yang kosong dan hampa,
 yang hanya mengisi kepala dan lupa mengisi jiwa
Jika di izinkan aku memilih untuk tidak di lahirkan. . .

(dibacakan pada teatrikalisasi puisi, Banyuwangi 2007)

0 komentar:

Posting Komentar